Bagaimana jika ada mobil yang tidak punya lahan parkir, parkir mobil sembarangan sehingga mengganggu jalan umum? Ini sering terjadi di perumahan-perumahan.
Hal ini dapat didekati dengan permasalah rowsyan yang dibahas di Matn Taqrib berikut ini:
โถ๏ธ Masalah Rowsyan (Jendela, Pintu, Atap yang Mengganggu Jalan)
Al-Qadhi Abu Syujaโ rahimahullah dalam Matn Taqrib berkata:
Seseorang boleh mengeluarkan jendela rumahnya ke jalan umum selama tidak mengganggu orang yang lewat. Akan tetapi, seseorang tidak boleh memanjangkannya di jalan yang dimiliki bersama kecuali dengan seizin pihak-pihak yang memiliki jalan tersebut.
Boleh menggeser maju pintu rumahnya ke arah gerbang jalan (lorong) yang dimiliki bersama, tetapi tidak boleh memundurkannya kecuali dengan izin warga yang menempati jalan tersebut.
๐ Penjelasan:
Rowsyan itu sayap di atas dua tembok seperti atap dan jalan berada di antara keduanya. Seseorang boleh saja memanfaatkan dengan meletakkan atap di antara dua tembok sehingga menjadi atap untuk jalan.
Atap itu akhirnya jadi manfaat ketika diperluas atau akhirnya jalan itu khusus untuknya. Hal ini dengan syarat selama tidak menimbulkan bahaya jika ada yang berjalan di bawahnya.
Contohnya orang yang berbadan tinggi dan di kepalanya ada sesuatu, maka ia tidak dibuat susah dengan adanya atap tersebut.
๐ Catatan:
Segala sesuatu yang mempersempit jalan dihukumi haram.
Jika ada pohon yang tumbuh dan berkembang hingga masuk ke halaman tetangga (bukan wilayahnya), maka tetangga boleh saja meminta untuk menghilangkan sesuatu yang masuk ke dalam wilayah miliknya.
Jika pemilik tanaman tersebut enggan memenuhinya, maka yang punya wilayah boleh menghilangkan tanaman yang masuk ke wilayah miliknya.
Dasar dari hal ini adalah hadits:
Dari Abu Saโid Saโad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu โanhu bahwa Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam bersabda,
โTidak boleh memberikan mudarat tanpa disengaja atau pun disengaja.โ (Hadits hasan, HR. Ibnu Majah, no. 2340; Ad-Daraquthni no. 4540, dan selain keduanya dengan sanadnya, serta diriwayatkan pula oleh Malik dalam Al-Muwaththaโ no. 31 secara mursal dari Amr bin Yahya dari ayahnya dari Nabi shallallahu โalaihi wa sallam tanpa menyebutkan Abu Saโid, tetapi ia memiliki banyak jalan periwayatan yang saling menguatkan satu sama lain. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 250).
๐ Referensi:
Al-Imtaaโ bi Syarh Matn Abi Syujaโ fii Al-Fiqh Asy-Syafii. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Hisyam Al-Kaamil Haamid. Penerbit Daar Al-Manaar.
Fath Al-Qarib Al-Mujib. Al-โAllamah Asy-Syaikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi. Penerbit Thaha Semarang.